PALOPO, KEDEGAYO.com – Dari hasil pengamatan, Kabupaten Luwuk Raya menjadi salah satu kawasan yang hampir tidak pernah mengalami musim kemarau. Karena itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman berencana menjadikannya sebagai lumbung holtikultura Indonesia.
“Daerah ini selalu berada pada musim peralihan saja,” ujar Amran saat memberi selepas melakukan panen raya di Luwuk Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (4/5/2016).
Menurut Amran, iklim diLuwuk tergolong unik. Karena letak geografisnya, kawasan tersebut memiliki curah hujan yang signifikan. Bahkan, saat bulan terkering pun terdapat banyak hujan di sana.
Dengan iklim seperti itu, kawasan tersebut bisa ditanami banyak tanaman kebun. Beberapa yang bisa dibudidayakan, misalnya, kopi, kakao, cengkeh, rambutan, bahkan kelapa sawit (CPO).
“Kalau didorong, Indonesia bisa menjadi negara produksi CPO nomor satu dunia,. Kemudian, bisa juga menjadi penghasil kakao nomor tiga dunia. Bahkan, Indonesia juga bisa menjadi negara penghasi kopi nomor dua dunia, menggeser posisi Vietnam, “ ujar Amran.
Menurut Amran, rencana itu akan dimulai dengan pemberian benih-benih unggul pada daerah terkait. Hal ini dilakukan agar lumbung holtikultura yang diharapkan bisa memberikan hasil optimal.
“Kami juga akan mengumpulkan para praktisi dan ahli dalam bidang holtikultura dalam satu wadah. Pertemuan akan dilakukan di Jember. Setelah itu, mereka akan dilantik sebagai anggota asosiasi holtikultura,” ujarnya.
Hadapi ramadhan
Sementara itu, untuk menghadapi kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok yang biasa terjadi pada bulan ramadhan, Amran sudah punya strategi.
"Tahun lalu, kita operasi pasar setelah ramadhan. Sekarang sebelum ramadhan kita sudah mulai,” ujarnya.
Hal itu dilakukan untuk memastikan ketersediaan stok pangan hingga ramadhan tiba. Bila stok terpenuhi, bahan-bahan kebutuhan pokok akan tetap stabil. “Ibaratnya, lawan belum mulai sudah kita tinju," tambah Amran.
Untuk ketersediaan beras, lanjut Amran, Indonesia masih memiliki stok 2 juta ton gabah. Mausk bulan puasa, diperkiraan jumlahnya maksimal menjadi 3 juta ton, atau minimal 2,7 juta ton. Dengan jumlah tersebut, harga beras seharusnya tetap stabil.
“Tak hanya beras, kami yakin stabilitas harga juga terjadi pada komoditas kebutuhan pokok utama lainnya,” kata Amran