Tanaman kopi dipercaya berasal dari benua Afrika kemudian menyebar ke seluruh dunia. Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asia-pasifik dan Afrika.
Pohon kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan subtropis meliputi dataran tinggi maupun dataran rendah.
Kopi dipanen untuk diambil bijinya kemudian dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya.
Dataran tinggi Tanah Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues yang bereada di Provinsi Aceh, merupakan penghasil kopi arabika terbesar di Asia Tenggara. Mirisnya, hingga saat ini belum ada balai penelitian kopi di tiga kabuapaten daerah gayo ini.
Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya.
Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji.
Kopi arabika sudah ada di Gayo sejak tahun 1908, Kopi Gayo dikenal sebagai kopi spesial dan organik yang sangat disukai rasa dan aromanya, karena memiliki ciri khas tersendiri yang disukai konsumen dunia.
Arabika akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 16-20oC. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kopi arabika membutuhkan bulan kering sekitar 3 bulan/tahun.
Arabika mulai bisa dipanen setelah berumur 4 tahun. Dengan produktivitas rata-rata sekitar 350-400 kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa menghasilkan hingga 1500-2000 kg/ha/tahun
Prospek kopi Gayo semakin cerah di masa depan, karena tren minum kopi kopi di dunia semakin meningkat. Sementara tidak semua kawasan di dunia bisa ditanami kopi, inilah kenapa peluang kopi Gayo semakin baik.
Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih baik.